Wedhusku

Selasa, 13 November 2012

Tafsir Alqur'an Dengan Disiplin Ilmu



Al-Baqoroh 51-56
Tafsir 3a. Komponen Akal dari Dimensi Ilmu

Ayat 51. Upaya Musa mencari ilmu membelah laut dilakukan dengan memusatkan diri pada akalnya. Hasil pertama, Musa dapat menembus dimensi ruang halus yang disekat oleh cermin-C (hukum penolak jasad kasar = peralihan dimensi kasar ke dimensi halus) di ruang ke-38. Sejak pertandingan ilmu antara Jibril dan Adam di syurga, telah terjadi kesepakatan bahwa hukum-hukum ruang dijadikan persyaratan untuk gelar nabi (ilmuwan penemu) dan jabatan rosul (pemimpin akal utusan Akal). Karena itu ketika Musa berhasil memasuki cermin-CP di dimensi ruang ke-48 (40 malam), Kami hukum ruang di dimensi ke 40-an telah dijadikan perjanjian bukit sebagai persyaratan bagi gelar nabi.
Maka kepada Musa yang berhasil menembus dimensi ruang 48, Kami cermin-CP tmemberikan gelar nabi. Musa sendiri menyebut cermin-CP sebagai anak sapi betina (pengikut/perangkat Hukum Akal). Tetapi karena ahli kitab kamu bangsa Israil menganggap Taurot sebagai kitab suci sabda Alloh yang memiliki kebenaran mutlak menurut bunyi tertulis, maka anak sapi ditafsirkan kamu secara wantah, dan bagi perangkat Hukum Akal itu kamu telah membuat patung anak sapi untuk dijadikan sembahan manusia sepeninggalnya (sepeninggal Musa = setelah Musa meninggal), sehingga kamu para penyembah anak sapi tersebut jadi orang-orang zalim (pelanggar hukum).
Ayat 52. Karena berpegang pada kebenaran Exodus yang dinyatakan pemimpin bangsa Israil sebagai penjabaran Musa dari Taurot atas petunjuk Alloh langsung, maka bangsa Israil penganut agama Yahudi mengimani ajaran Exodus yang sesat. Mereka tidak tahu samasekali bahwa Taurot adalah buku petunjuk ilmu susunan Musa sendiri, dan kebenaran petunjuk ilmu bukan pada bunyi tertulisnya tetapi dibalik tabir (gejala-tampak) bunyi tertulis itu. Sebab sesungguhnya ketika para pengikut ajaran Musa mengikuti petunjuk Taurot dengan memusatkan diri pada akalnya (moralnya) hingga mati rasa di batas cermin-C (peralihan ruang kasar ke ruang halus), dia masuk alam halus dunia unsur (alam tersembunyi = malam hari). Kemudian sesudah masuk alam halus, Kami hukum penolak jasad kasar memaafkan kesalahan kamu yang menganiaya diri dengan membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi dirimu, sehingga kamu hidup kembali dari kematian rasa-jasadmu agar kamu bersyukur atas keberhasilan menembus alam halus itu.
Ayat 53. Demikian pula yang terjadi dengan Musa. Sesungguhnya ketika Musa memusatkan diri pada akalnya hingga mati rasa, dia dihantam-gencet gaya elektromagnet pusingan ruang 100.000 km/detik, sehingga tubuhnya menciut jadi sekecil atom dan masuk alam halus. Tetapi Musa tidak berhenti sampai di situ karena tujuannya menembus dimensi alam halus itu untuk mencari Alloh. Maka dia melanjutkan penelitiannya. Ketika Musa berhasil memasuki cermin-CP dengan mengosongkan rasa jasadnya, tubuhnya menciut jadi sekecil kaon karena dihantam-gencet gaya nuklirlemah pada pusingan ruang 150.000 km/detik.
Dengan berhasil memasuki cermin-CP, Kami berikan kepada Musa kitab (aturan hukum) yang dapat memunculkan dirinya kembali di alam kasar dengan jasad kosong seperti hantu. Sebab cermin-CP itu adalah keterangan hukum pembalikan ruang pembeda yang benar (ilmu) dan yang salah (pengetahuan, sihir), agar kamu mendapat petunjuk ilmu tinggi yang jadi syarat gelar nabi. Kemudian ketika Musa berhasil menembus cermin-T dengan membuang rasa-jasadnya sehingga jadi suci dari kekotoran rasa-jasad, tubuhnya dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik, dan Musa memasuki alam lembut tempat tinggal bangsa malaikat yang mengangkatnya jadi rosul Alloh (pemimpin akal utusan Akal). Sebab cermin-T (hukum pembalikan waktu) telah disepakati bangsa malaikat dan para rosul sebelumnya sebagai perjanjian gunung untuk syarat jabatan rosul (pemimpin akal). Dari alam malaikat itu dia bersama bangsa malaikat dapat menyaksikan panorama alam syurga melalui ufuk alamfana (ufuk peristiwa = event horizon) yang berfungsi sebagai layar televisi (Annajm 15). 
Ayat 54. Karena tujuan Musa menembus dimensi-dimensi ruang itu untuk mencari Alloh, dia tidak berhenti di alam malaikat, tetapi terus melanjutkan perjalanannya hingga ke ufuk alamfana yang disebut ufuk peristiwa (event horizon). Ternyata ufuk peristiwa yang dari jauh berbentuk layar televisi itu merupakan dinding tenaga cermin-P (hukum keseimbangan rasa-jasad) yang bersifat menolak jasad wujud, sehingga tidak bisa ditembus. Menurut penglihatan Musa, ufuk peristiwa itu berbentuk lubang kosong yang didalamnya terdapat pelita besar (thermonuklir raksasa) yang berkilau seperti bintang (Annuur 35).
Karena alasan itulah, ketika Musa berkata kepada kaumnya: ‘Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak sapi’; yang dimaksudkan Musa ialah: ‘Sesungguhnya jika kamu berhasil membunuh rasa dengan menganiaya dirimu, maka kamu telah menjadikan anak Hukum Akal sebagai anutanmu’. Dengan menganut anak Hukum Akal itu, berarti kamu bertobat kepada Tuhan (Hukum Akal) yang telah menjadikan jasad kamu dari bahan rasa. Sebab menurut amanat Hukum Akal, pertobatan hanya bisa dilakukan dengan membunuh dirimu (membunuh rasa jasadmu) Artinya, membunuh rasa jasad itu lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu. Maka Alloh (Akal) melalui hukumnya akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dia penerima tobat dan penyayang kepada yang meneladani pengorbanan dirinya dengan membuang rasa jasadnya.
Ayat 55. Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin tersebut diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Para pengikut Musa sangat memahami celupan Musa dalam Taurot yang menggunakan kata sapi betina bagi Hukum Akal anutannya. Karena itu ketika kamu para pengikut Musa berkata: ‘Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Alloh (Akal) dengan terang’. Maksud mereka ialah: ‘Kami tidak akan beriman kepada sapi betina sebagai celupan dari Hukum Akal anutanmu, sebelum kami menyaksikan bukti kebenaran Akal itu dengan jelas’. Karena itu Musa pun memberi contoh dengan duduk bersemedi memusatkan diri pada akalnya. Ketika pemusatan diri Musa mencapai batas mati rasa pada pusingan ruang 100.000 km/detik, tubuhnya disambar petir (dihantam-gencet gaya elektromagnet) dan menciut jadi sekecil atom, sehingga hilang dari pandangan para pengikutnya di alam kasar, karena telah masuk ke dimensi alam halus dunia unsur. Sedangkan kamu para pengikut setia Musa yang sedang menyaksikan pemusatan diri rosulnya, dapat menyaksikan lenyapnya tubuh Musa dari hadapan mereka, sehingga mereka percaya dan jadi pengikut Musa yang setia.
Ayat 56. Dengan membunuh rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, berarti dalam pemusatan diri itu jasad kamu benar-benar sudah mati rasa, sehingga ketika dihantam-gencet gaya elektromagnet pada pusingan ruang 100.000 km/detik, kamu tidak merasakan lagi hantamannya. Tetapi hantaman dahsyat itu justru membuat dirimu jadi sadar kembali. Itulah sebabnya Kami anak sapi (perangkat hukum) menyatakan, setelah dihantam-gencet gaya elektromagnet tersebut, Kami bangkitkan (hidupkan) lagi kamu sesudah rasa kamu mati, supaya kamu bersyukur karena tidak jadi mati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar